Jumat, 17 Desember 2010

Bersukacita (Ulangan 12:7)

Mengapa hal bersukacita harus diperintahkan oleh firman Allah kepada
     kita (Flp. 4:4)? Mengapa dalam kenyataan sehari-hari hati kita
     tidak senantiasa dimeriahkan oleh sukacita?

Kemungkinan besar karena kesukaan dalam pemahaman dan penghayatan
     kebanyakan orang Kristen diartikan terlalu rohani. Dengan kata
     lain, kebanyakan kita beranggapan bahwa sukacita Kristen
     disebabkan hanya oleh hal rohani dan dialami juga hanya dalam
     bentuk-bentuk yang rohani. Dalam hal ini, rohani diartikan sebagai
     sesuatu yang tidak kena mengena langsung dengan pengalaman bumiah,
     dengan kenyataan sehari-hari, dan dengan penalaman riil kita. Jadi
     kita cenderung beranggapan bahwa bila ada suatu lawatan khusus
     dari Roh Kudus, bila terjadi pengalaman pendakian rohani yang
     istimewa, bila realitas adi-kodrati sedemikian menyelu-bungi
     kenyataan kita sehari-hari, barulah kita dapat bersukacita. Tanpa
     semua itu, kita tidak mengalami kesukaan.

Betapa keliru! Alasan untuk sukacita Kristen dan pengalaman nyata
     sukacita Kristen bukan sesuatu yang abstrak atau jauh nun di sana,
     tetapi benar-benar riil dan menyentuh bahkan masuk ke dalam
     pengalaman bumiah kita sehari-hari. Sumber kesukaan kita ialah
     Yesus Kristus, diri dan karya-Nya, janji
     penyertaan/pemeliharaan-Nya serta kenyataan dari janji itu. Meski
     Ia tidak terlihat, tetapi kehadiran dan karya-Nya untuk kita
     adalah pengalaman sehari-hari kita. Sewaktu kita bernafas, kita
     tahu nafas hidup-Nyalah yang memberi kita kekuatan hidup itu.
     Sewaktu kita berdoa, kita tahu ada Dia yang mendengar, berdialog,
     dan menuntun kita mengalami persekutuan riil dengan-Nya. Sewaktu
     kita bekerja, makan, berteman, berekreasi, atau membaca Alkitab,
     semua itu adalah pengalaman nyata yang mendorong kita untuk
     bersyukur bersuka tanpa putus dan tanpa henti!

Dan jangan lupa satu lagi sumber kesukaan kita kini dan kelak: Ia akan
     segera datang kembali. Janji-Nya ini riil, karena tertulis dalam
     Alkitab. Janji kedatangan-Nya itu menguatkan kita, menghibur,
     menguduskan, serta menyukakan kita. Dan ketika Ia tiba kelak, kita
     akan dijamu-Nya ­ sungguh puncak kesukaan riil terjadilah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar