Ratapan 4
Ratapan 4 membandingkan kondisi Kerajaan Yehuda pada masa jaya dan
masa susah. Sebagai bangsa terjajah, mereka mengalami pemiskinan
yang luar biasa. Calvin mengatakan bahwa ayat 1 merujuk pada bait
Allah yang emasnya habis dijarah, bersamaan dengan kejatuhan
Yerusalem. Ayat 5-8 menggambarkan bagaimana orang-orang yang
paling kaya dan terawat sekalipun telah menjadi pemulung dan
pengemis. Namun masalahnya jauh lebih serius.
Bangsa yang dulu dipilih Allah ini ternyata dalam kondisi yang
mengenaskan sehingga ibu-ibu tidak dapat menyusui anak mereka,
walaupun menyusui anak adalah hal yang begitu mendasar dan
instingtif sehingga serigala pun tidak perlu diajari untuk
melakukannya (3). Terlebih lagi, kelaparan merajalela sehingga
wanita bahkan wanita yang lemah lembut memasak anak-anak
mereka untuk disantap (10). Kengerian yang begitu dahsyat telah
melahap habis kemasyhuran masa lalu umat pilihan Allah ini. Semua
yang terjadi membuat Yehuda jadi tontonan banyak orang dan menjadi
satu kengerian yang membuat orang-orang ternganga (12).
Kenapa semua itu bisa terjadi? Salah siapa? Ayat 13 menjawab, "Hal itu
terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya dan kedurjanaan imam-imamnya
...." Di sepanjang riwayat kerajaan Israel dan Yehuda kita melihat
sikap hidup dan spiritualitas pemimpin sangat menentukan
spiritualitas rakyat. Pada masa Elia misalnya, ada tujuh ribu
rakyat jelata yang tetap setia kepada Tuhan (1Raj. 19:18),
termasuk setidaknya seorang pegawai kerajaan (1Raj. 18:1-15).
Namun karena Ahab adalah raja yang jahat, rakyat pun mengikuti
sikap hidup raja hingga seluruh negeri berada di bawah kutukan.
Ketika Raja Zedekia ditangkap dan ditawan (ay. 20; bnd. Yer.
39:5), lengkaplah kejatuhan Yerusalem. Dosa seorang pemimpin
memang membawa kejatuhan dirinya beserta seluruh rakyatnya. Maka
untuk mencegah dan mengatasi kejatuhan itulah, Tuhan mengutus
hamba-Nya membawa suara kenabian untuk meluruskan yang bengkok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar